Puisi oleh Nastiti Athari Paramadina, XI.IA-A
Mentari bersinar cerah
Menembus sekat pintu rumah
Menusuk mata dengan gagah
Tapi mata yang terlanjur rabun setengah
Menjadi semakin buram penuh resah
Kau datang Guru
Membawa obat untuk rabunku
Dengan sabar mengingatkanku selalu
Untuk tak lupa meneguknya setiap waktu
Agar aku mampu mengalahkan kegagahan sinar mentari itu
Tuli, bisu, buta…
Tak pernah bisa dan tak tahu apa-apa
Hatiku ini penuh hampa
Membuatku tak bisa bersua
Di tengah gersangnya dunia
Guruku, kau perlahan menghampiri
Tertatih-tatih sendiri
Mencoba mengubah bisu, buta, dan tuli
Menjadi keberanian untuk berdiri
Kata orang guru itu penat
Mengajar berjuta hal penuh sendat
Tapi kau tetap bertahan ketat
Ilmu yang tercurah tak pernah kau sekat
Makin dicurah makin mendekat
Terima kasih wahai pejuang
Yang selalu membimbing dengan riang
Yang sekali berkata kami tertawa girang
Bila berjaya kami kan terus menjulang
Jasa baktimu yang sungguh tak pernah hilang
Terima kasih wahai pahlawan
Atas cinta yang tak pernah bosan
Menyinariku melalui semburat cahaya bulan
Atas janji satu genggam keberhasilan
Yang akan kupetik di masa depan
cinta dihujung jalanan..
BalasHapus